BAB
I
PENDAHULUAN
Asesmen psikologi memiliki rentang cakupan
yang sangat luas. Dalam asesmen psikologi mengintegrasi informasi dari berbagai
sumber. Asesmen membantu seseorang dalam mendapatkan gambaran tentang
karakteristik potensi dari segi kemampuan dan kesanggupan dirinya.
Pada makalah ini, ditinjau kriteria yang
berbeda antara pengertian asesmen tes, prosedur penggunaan asesmen dalam
konseling, serta hakikat asesmen psikologis dalam konseling. Dimana pembahasan
tersebut dapat menggambarkan konsep dasar asesmen psikologis yang luas.
Dalam buku B.Hood &
Johnson (1993) menjelaskan bahwa asesmen sebagai metoda pengukuran dimana
penggunaannya dapat dilihat dari Orientasi masalah, identifikasi masalah, memilih
alternatif solusi, verifikasi, serta pembuatan keputusan.
Di dalam bukunya juga menjelaskan bahwa asesmen
psikologis berbeda satu sama lain dalam berbagai cara. Perbedaan-perbedaan
ini dapat dikategorikan oleh enam pertanyaan mendasar mengenai sifat dari penilaian itu sendiri, seperti dalam hal yang
membuat penilaian, apa yang dinilai, dimana penilaian terjadi, kapan terjadi
penilaian, mengapa penilaian dilakukan, dan bagaimana penilaian dilakukan.
Untuk memperluas ilmu pengetahuan, maka pada bab
selanjutnya juga akan dibahas menurut sumber lainnya yang akan memperkuat atau
membandingkan dari setiap pembahasan yang dipaparkan untuk kemudian disimpulkan
berdasarkan wawasan penulis.
BAB
II
RINGKASAN
A.
PENGERTIAN
ASESMEN TES
Menurut standardsfor dan psikologis
pendidikan tes, sebuah sumber otoritatif ( wagner, 1987 ), asesmen tes merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengukur karakteristik dari orang, program, atau benda.
Dimana model pemecahan masalah ini
menyediakan cara yang efektif dalam psikologis penilaian. Setiap langkah dalam metode
pemecahan masalah memerlukan kebutuhan informasi yang dapat diperoleh melalui
penilaian.
Asesmen tes juga dapat meningkatkan kepekaan terhadap potensi
masalah. Instrumen yang menggambarkan kesadaran diri dan eksplorasi diri dapat
merangsang individu untuk mengatasi isu-isu perkembangan dan mencegah
terjadinya masalah.
B.
PENGGUNAAN
PROSEDUR ASESMEN DALAM KONSELING
Untuk mengimbangi kritik tes, konselor
perlu menyadari kekuatan dan keterbatasan dari berbagai tes yang digunakan
dalam konseling. Mereka perlu mempelajari prosedur yang efektif dan tepat untuk
memilih, serta menafsirkan tes dalam
konseling. Mereka harus mampu mengintegrasikan penggunaan asesmen psikologis
prosedur dengan aspek-aspek lain dari konseling untuk membantu klien dengan
pemahaman diri dan self-determination.
Hood & Johnson (1993) menjelaskan bahwa penggunaan asesmen dalam
bimbingan dan konseling mempunyai beberapa tujuan yang
dapat digambarkan dengan cara dari lima langkah dasar di pemecahan masalah
model disajikan oleh d ' zurilla dan goldfried ( tahun 1971 ) :
1.
Orientasi masalah, yaitu untuk membuat konseli
mengenali dan menerima permasalahan yang dihadapinya, tidak mengingkari bahwa
ia bermasalah.
2.
Identifikasi masalah, yaitu membantu baik bagi
konselee maupun konselor dalam mengetahui masalah yang dihadapi konseli secara
mendetil.
3.
Memilih alternatif solusi dari berbagai alternatif
penyelesaian masalah yang dapat dilakukan oleh konselei.
4.
Pembuatan keputusan alternatif pemecahan masalah yang
paling menguntungkan dengan memperhatikan konsekuensi paling kecil dari
beberapa alternatif tersebut.
5.
Verifikasi untuk menilai apakah konseling telah
berjalan efektif dan telah mengurangi beban masalah konselei atau belum.
Penilaian
menyajikan fungsi-fungsi berikut: (a) untuk merangsang konselor dan klien untuk
mempertimbangkan berbagai masalah, (b) untuk menjelaskan sifat masalah atau
masalah, (c) dapat menyarankan solusi
untuk masalah, (d) menyediakan sebuah metode untuk membandingkan berbagai
alternatif sehingga keputusan dapat dibuat atau dikonfirmasi, dan (e) untuk
mengaktifkan konselor dan klien dalam mengevaluasi efektivitas solusi tertentu.
C.
HAKIKAT
ASESMEN PSIKOLOGI DALAM KONSELING
Asesmen psikologis
berbeda satu sama lain dalam
berbagai cara. Perbedaan-perbedaan ini dapat dikategorikan oleh enam pertanyaan
mendasar mengenai sifat dari penilaian
itu sendiri, seperti dalam hal yang membuat penilaian, apa yang dinilai, dimana
penilaian terjadi, kapan terjadi penilaian, mengapa penilaian dilakukan, dan
bagaimana penilaian dilakukan.
1.
Apa
yang dinilai?
Apa” di sini
menunjuk kepada subjek prosedur penilaian. Apakah individu atau lingkungan
subjek penilaian?
Jika individu yang dinilai, apakah isi
dari penilaian berurusan terutama dengan afektif (perasaan), kognitif
(berpikir), atau perilaku (melakukan) aspek-aspek individu? Kognitif variabel
mungkin didasarkan pada pembelajaran yang terjadi dalam kursus tertentu,
(Lapangan-terkait), atau belajar yang relatif independen dari kursus tertentu
(non-Lapangan-terkait)
2.
Dimana ada penilaian berlangsung?
Lokasi di mana penilaian berlangsung penting dalam
arti bahwa hal ini membantu untuk membedakan antara hasil tes yang diperoleh
dalam laboratorium pengaturan dari orang-orang yang diperoleh dalam pengaturan
alam. Banyak tes psikologi harus diberikan di bawah kondisi standar sehingga
hasil tes dapat diinterpretasikan dengan benar. Jika keadaan tes administrasi
berbeda dari orang ke orang, perbedaan dalam kondisi pengujian dapat
mempengaruhi hasil tes.
3.
Kapan penilaian terjadi?
Pertanyaan tentang Kapan penilaian terjadi
adalah nilai dalam membedakan antara penilaian direncanakan di muka (calon)
sebagai lawan yang didasarkan pada (retrospektif). Self-Monitoring teknik
biasanya direncanakan sebelumnya. Sebagai contoh, siswa dapat diminta untuk
melacak jumlah jam yang mereka pelajari atau jumlah halaman yang mereka membaca
selama masa studi. Sebaliknya, langkah-langkah biografi seperti bentuk-bentuk
kehidupan sejarah tercatat untuk yang terbaik dari ingatan individu setelah
acara telah terjadi.
4.
Mengapa penilaian dilakukan?
Pertanyaan tentang mengapa berkenaan dengan
alasan untuk melaksanakan tes daripada sifat tes itu sendiri. Tes yang sama
dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti konseling, pilihan,
penempatan, deskripsi, dan evaluasi. Ketika tes yang digunakan dalam konseling,
semua data yang diperoleh harus dianggap sebagai rahasia.
5.
Bagaimana aliran adalah penilaian
dilakukan?
Disini merujuk kedua cara di mana materi
tes pra-sented dan bagaimana untuk prosedur penilaian diperoleh. Pertama,
adalah jenis perilaku yang sedang dinilai menyamar atau terang-terangan?
sehingga responden biasanya tidak menyadari sifat sejati dari tes atau jawaban
'pilihan'. Karena tujuan tes menyamar, itu lebih sulit untuk responden untuk
jawaban mereka untuk menghasilkan jenis tertentu kesan palsu.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Asesmen Tes Menurut Beberapa Sumber Lain
a.
Pengertian
Tes
a. Menurut Riduwan ( 2006: 37)
tes sebagai instrumen pengumpulan data adalah
serangkaian pertanyaan / latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu /
kelompok.
b. Menurut Allen Philips (1979: 1-2)
Test biasanya diartikan sebagai alat atau instrumen
dari pengukuran yang digunakan untuk memperoleh data tentang suatu
karakteristik atau ciri yang spesifik dari individu atau kelompok.)
c. Menurut Rusli Lutan (2000:21)
tes adalah sebuah instrument yang dipakai untuk
memperoleh informasi tentang seseorang atau obyek.
b. Pengertian Assessment
assessment
adalah alih-bahasa dari istilah penilaian. Penilaian atau assessment adalah
kegiatan menentukan nilai suatu objek, seperti baik-buruk, efektif-tidak
efektif, berhasil-tidak berhasil, dan semacamnya sesuai dengan kriteria atau
tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.
·
Menurut Suharsimi yang dikutip oleh Sridadi(2007)
penilaian adalah suatu usaha yang dilakukan
dalam pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk →
bersifat kualitatif.
·
Menurut Rusli Lutan (2000:9)
assessment termasuk pelaksanaan tes
dan evaluasi. Asessment bertujuan untuk menyediakan informasi yang selanjutkan
digunakan untuk keperluan informasi.
Dari
kedua pengertian di atas dapat kita simpul kan bahwa asesmen tes adalah
Asesmen tes adalah kegiatan menentukan nilai dalam
pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan tolak ukur yang telah ditetapkan.
Dimana penilaian dilakukan dengan cara mengukur ketrampilan pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu / kelompok untuk
memperoleh data atau informasi tentang suatu karakteristik atau ciri yang
spesifik dari individu atau kelompok tersebut.
Informasi itu tidak hanya didapat dari tes tetapi juga dari hasil
wawancara dan penelusuran riwayat hidup. Tes memiliki pengaruh yang cukup
penting terhadap proses assessment
B.
PENGGUNAAN
PROSEDUR ASESMEN DALAM KONSELING
Prosedur-prosedur
dan instrumen-instrumen (alat) asesmen—seperti test, dikatakan efektif
ketika mereka memenuhi standar validitas (tepat dan akurat), reliabilitas
(keajegan), dan kepekaan terhadap isu-isu kultural. Instrument asesmen
yang tepat memungkinkan jawaban-jawaban yang khas dari konseli menurut kelompok
usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, dan kondisi geografis. (widyapur.blogspot)
Menurut Anne anastasi, Ada
beberapa pertimbangan yang perlu mendapat perhatian para konselor dalam
penggunaan prosedur asesmen dalam bimbingan dan konseling. Antara lain adalah :
a)
Instrumen yang dipakai haruslah yang
sahih dan terandalkan. Pemilihan instrumen yang akan dipergunakan didasarkan
atas ketepatan kegunaan dantujuan yang hendak dicapai.
b)
Pemakai instrumen (dalam hal ini konselor)
bertanggung jawab atas pemilihan instrumen yang akan dipakai (misalnya
tee), monitoring pengadministrasiannya dan skoring, penginterpretasian
skor dan penggunaannya sebagai sumber informasi bagi pengambilan keputusan
tertentu (Anastasi, 1992).
c)
Pemakaian instrumen, harus dipersiapkan
secara matang, bukan hanya persiapan instrumennya saja, tetapi persiapan klien
yang akan mengambil tes itu. klien hendaknya memahami tujuan dan kegunaan tes
itu dan bagaimana kemungkinan hasilnya.
d)
Perlu diingat bahwa tes atau instrumen
apa pun hanya merupakan salah satu sumber dalam rangka memahami individu secara
lebih luas dan dalam.
C.
HAKIKAT
ASESMEN PSIKOLOGI DALAM KONSELING
Asesmen merupakan salah satu
kegiatan pengukuran. Dalam konteks bimbingan konseling, asesmen yaitu
mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan konselor sebelum,
selama, dan setelah konseling tersebut dilaksanakan/ berlangsung (Ratna
Widiastuti, 2010).
Asesmen yang
diberikan kepada klien merupakan pengembangan dari area kompetensi dasar pada
diri klien yang akan dinilai, yang kemudian akan dijabarkan dalam bentuk
indikator-indikator. Pada umumnya asesmen bimbingan konseling dapat dilakukan
dalam bentuk laporan diri, performance test, tes psikologis, observasi,
wawancara, dan lain sebagainya.
·
Asesmen
Terhadap Kemampuan Konseli
Kemampuan dimaknai sebagai suatu perubahan yang diperoleh konseli setelah
mengikuti konseling.Kemampuan memahami masalah, kemampuan mengambil
keputusan, dan kemampuan melaksanakan atau mengubah tingkah lakunya.
·
Asesmen
Sikap Konseli Terhadap Layanan Konseling
Sikap konseli terhadap layanan konseling juga mempengaruhi keberhasilan
konseling. Ketidakberhasilan konseling kemungkinan disebabkan oleh sikap negatif
konseli terhadap layanan konseling.
·
Asesmen
Hasil Kegiatan Konseling
Penilaian hasil kegiatan konseling adalah penilaian terhadap: (a)
keterampilan konseli melaksanakan kegiatan-kegiatan hasil konseling, dan (b)
keberhasilan dalam melaksanakan keputusan hasil konseling. Hasil kegiatan konseli
adalah perubahan tingkah laku yang terjadi sesuai dengan harapan.
·
Asesmen
Kinerja Guru BK/Konselor
Asesmen dalam konseling bukan saja diperuntukan kepada konseli, tetapi juga
kepada konselor/guru BK. Hal ini dilakukan karena dalam konseling baik konseli
maupun konselor ini sangat menentukan keberhasilan konseling.
(Diposkan oleh Gulunganpita.blogspot.com)
Asesmen
merupakan salah satu bagian terpenting dalam seluruh kegiatan yang ada dalam
konseling (baik konseling kelompok maupun konseling individual). Karena itulah
asesmen dalam bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dengan
proses terapi maupun semua kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.
Asesmen
dilakukan untuk menggali dinamika dan faktor penentu yang mendasari
munculnya masalah. Hal ini sesuai dengan tujuan asesmen dalam bimbingan dan
konseling, yaitu mengumpulkan informasi yang memungkinkan bagi konselor untuk
menentukan masalah dan memahami latar belakang serta situasi yang ada pada
masalah klien.
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Asesmen
tes adalah kegiatan menentukan nilai
dalam pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan tolak ukur yang telah
ditetapkan. Dimana penilaian dilakukan dengan cara mengukur ketrampilan
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu /
kelompok untuk memperoleh data atau informasi tentang suatu karakteristik atau
ciri yang spesifik dari individu atau kelompok tersebut.
Menurut Anne anastasi, Ada
beberapa pertimbangan yang perlu mendapat perhatian para konselor dalam
penerapan instrumental bimbingan dan konseling. Antara lain adalah :
a.Instrumen yang dipakai haruslah yang sahih dan
terandalkan.
b.Pemakai instrumen (dalam hal ini
konselor) bertanggung jawab atas pemilihan instrumen yang akan dipakai.
c.Pemakaian instrumen, misalnya, harus
dipersiapkan secara matang
d.Perlu diingat bahwa tes atau instrumen
apa pun hanya merupakan salah satusumber dalam rangka memahami individu secara
lebih luas dan dalam.
Asesmen merupakan salah satu
kegiatan pengukuran. Dalam konteks bimbingan konseling, asesmen yaitu
mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan konselor sebelum,
selama, dan setelah konseling tersebut dilaksanakan/ berlangsung.
Daftar
Pustaka
Anastasi, Anne. 2007. Tes Psikologi. Jakarta : PT. Indeks.
Hood and Jhonson. 1993. Asessment in counseling: a guide to the use
of psichological procedueres. Alexandria : American counseling assosiation.
blog.unila.ac.id"